Masterpiece




Aku tak lagi meraju saat malam minggu. Handphone ku tak lagi sepi, makanya aku jadi happy. Ah, pasti sudah ketebak kemana ku arahkan kata-kata.

Perlu kamu ketahui, aku masih sendiri dalam artian hakikat manusia yang diciptakan secara berpasangan berbeda jenis kelamin. Penting pula aku memberitahumu, aku saat ini sedang mengandung. Usia kandunganku hampir 7 bulan. Itu berarti yang ku kandung ini telah bernyawa dan siap menjelma.

Beberapa hari ini aku sering bersua dengan isi kandunganku. Aku sengaja memberinya perhatian lebih sebagai tebusan rasa bersalahku.


Beberapa kali ku utarakan padanya, maaf sempat lost contact. Ya, aku sangat menyesal. Andai saja waktu dapat kuputar kembali, aku ingin membenah masa-masa aku menghiraukannya. 

Aku ingin menata kembali kepingan waktu yang pernah ku buat berantakan.
Beberapa hitungan hari lagi, kesempatan lahiran jabang bayiku ditutup. Itu berarti aku harus memberinya suplemen lebih ekstra agar ia mampu menyusuri mulut Rahim dan vaginaku jika saja ia sanggup. Atau aku harus mengajukan tambahan waktu karena aku khawatir dia premature bukan karena waktunya yang kurang, tapi karena kondisinya; fisiknya, hatinya, raganya, dan komponen lainnya belum matang. Hingga saat ini, aku masih belum bisa memilih. Jauh dari lubuk hatiku, aku ingin opsi pertama namun juga ingin dia mulus seperti kondisi alasan opsiku yang kedua.

Jika kamu bertanya siapa yang membuahinya, jawabannya adalah kebutuhanku sendiri. Karena kebutuhan ini telah ditentukan untuk ku jalani sebagai syarat tiketku meraih masa depan. Kebutuhan ini, bukan karena akibat dari aku yang a sexually active.
***

Malam ini dia tampak bahagia. Binar matanya tak berbohong bahwa ia cukup bergairah. Dia memberiku semangat dan harapan agar aku terus berjuang. Kekuatan apalagi yang aku perlukan selain apa yang telah dia berikan ini? Tidak ada! Aku sangat terbantu dan dia berhasil membantuku.

Aku sudah bertekad akan berjuang melahirkannya. Aku akan merawatnya dalam kandunganku dengan sebaik yang aku mampu. Malam ini, dia mengucapkan selamat malam dengan ucapan syahdu serta senyuman manis. Bahkan dia berpesan untuk aku menjaga kesehatanku dan istirahat cukup agar kelak lancar melahirkannya.

Rasanya aku hampir tak mampu menahan diri untuk meraung karena malu dan sesal dahulu. Hampir menginjak satu tahun aku membiarkannya lalu lalang di depan mukaku. Berbulan-bulan aku mengabaikannya mengetuk pintu, padahal aku sendiri yang memintanya untuk datang padaku. Sebenarnya kala itu,
Antara aku dan dia sama-sama tak saling mendekat
Tapi kami telah dekat
Dia diam dan aku tak mampu menghindar

Baik aku maupun dia, tak ada yang saling mengejar
Tapi aku hampir tertangkap
Dia diam dan aku bertingkah tak sadar

Wahai jabang bayiku, terima kasih banyak karena bersabar untukku. Terima kasih karena telah berjuang untuk kelahiranmu sendiri. Terima kasih telah membantuku. Semoga sukses, wahai kau jabang bayiku. Hati-hati di jalan yang kau susuri menuju alam semesta tempat aku menunggumu. Tak perlu terburu-buru, teruslah bergerak meski hanya berjalan memapah. Aku, ibumu, di sini bersama keluarga lainnya bahkan sahabat, teman, dan calon imamku yang masih traveling ke belahan bumi yang belum kusadari menemukannya telah menanti kehadiranmu.
Ku harap kau tidak bablas menetap di surga, wahai jabang bayiku. Karena kita harus bertemu di dunia ini, di tempat yang telah Tuhan sebut bumi sebagai namanya dan telah diketahui oleh seluruh makhluk perihal nama tersebut.

Sekali lagi ku tekankan, kita harus bertemu. Kau tak perlu bertanya untuk apa, wahai jabang bayiku. Kita bisa berpose bersama untuk mengabadikannya saat kelak kita bertemu. Setelah itu, kamu berhak kembali ke surge. Namun ku mohon, menetaplah sebentar hingga aku selesai wisuda. Karena setelah wisudaku kelak, kau akan dipajang di perpustakaan pusat universitas, yang sebelumnya kau akan disambut terlebih dahulu oleh para perpustakaan fakultas untuk disortir. Wahai jabang bayiku, kau akan tenar! Semoga kau juga bermanfaat untuk para ibu lainnya sepertiku kelak. Amiin

Kecup manis buat jabang bayiku..

Dari aku yang akan menjadi pintu lahiranmu.




oleh T (titik) Kartika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar