Kawah Sastra

source


Di bawah lampu kamar yang kian remang Ros menorehkan garis demi garis sulaman benang di atas sebuah saputangan berwarna putih bersih. Setiap garis benang ia jahitkan setiap itu pula hatinya terasa ngilu. Semakin dekat sulamannya itu pada keutuhan, semakin dekat pula ia pada waktu yang telah ia janjikan pada dirinya sendiri.


Dengan mata berair, Ros meraba-raba gambar yang telah ia lukiskan dalam ribuan tusukan jarum. Dahinya berkerut hingga kedua pangkal alisnya yang tebal  hampir bersentuhan. Ia membatin dalam hati “hanya tersisa beberapa goresan lagi”. Ada perasaan bersalah yang menghantuinya setiap kali Ros mengingat betapa giatnya ia menyulam.

Aku melongok keluar melalui jendela rumahku di sudut kota Granada. Tampak kepulan asap kelabu meliuk-liuk membelai udara. Api yang membakar tampak menyelimuti sebuah bangunan tua yang terletak beberapa blok dari rumahku.
            Haviva dan Lavy mulai menangis, mereka memelukku erat sekali. Mataku panas, aku menatap marah kepulan asap itu, seketika kemarahanku menjalari seluruh tubuh dan hinggap begitu kuat di kakiku. Aku sigap melangkah dan meraih kedua bocah yang makin histeris memelukku.


Anak Kecil itu masih tetap terjaga, padahal hari telah malam, entah apa yang ada dipikiran anak kecil itu. Di kamarnya yang kecil itu, dia hanya melihat langit-langit kamarnya, seakan ada sebuah cerita dibalik langit-langit itu.

Tiba-tiba pintu kamar terbuka, terlihat Sang Ibu masuk ke kamar Anak Kecil itu, melihat anak itu masih belum tertidur, Sang Ibu jadi sedikit resah, dan menyalakan lampu kamar Anak Kecil itu.

“Kenapa belum tidur, Jagoan kecil?” tanya Sang Ibu.

“Aku gak bisa tidur, Bunda”.

“Mau Bunda bacain cerita?” lalu Anak Kecil itu mengangguk dengan semangat, dan Sang Ibu membawa sebuah buku dongeng dari rak kamar Anak Kecil itu.


Tuhan, aku tidak mengutuk
bahasa yang sejak lahir kugunakan
(meski aku payah untuk belajar)
aku, (kami) pikir tak perlu dipelajari (lagi)
karena Kau Maha Super Mendengar


22 Januari
Tepat tahun lalu
Ada yang menggertakku bahwa dunia tak berwarna abu
Semenjak kumelihat senyum tipis yang sedikit dipaksakan, semu
Ternyata, dunia berwarna merah jambu dalam waktu tertentu

Kala itu, percis di bawah sinar senja yang tersenyum malu-malu
Aku menilik siapa pemilik wajah syahdu itu
Hingga kuberanikan diri untuk menemuinya dalam tiga waktu
Pagi, Sore dan Malam
Namun yang kutemukan hanya sendu di pagi hari
Hanya rindu di sore hari
Hanya kelabu di malam hari

I awoke from my sleep without alarm sound which always wakes me up every morning. As I looked at the clock, it showed right 12 o'clock. I was surprised, I thought I oversleep. I left my bed took a look out of window then.The sky was still dark. I see then, why I didn't hear any alarm sound as I woke up.



(Sketsa Renungan untuk Ibu)

Ferish adalah wanita karier super sibuk. Dia bekerja sebagai account executive di perusahaan asing. Kebetulan, Ferish seorang workaholic. Dia menikmati betul tugas-tugas yang menumpuk setiap harinya.

Jam kantor berlaku nine to five. Tapi dedikasi Ferish pada kantor begitu luar biasa. Setiap hari Dia sudah nongkrong di meja komputernya pukul 8 pagi. Pulang kantor pukul pukul 9 malam. Bahkan weekend pun, Ferish terkadang masuk kantor meski sampai sore hari.



photo courtesy of: scrapboard.co.in

Ingin kuteguk linang airmatamu, ibu,
Kala senja kemarin bersayap pada awan luruh
tertampung angin tenang seperti kenangan.

Ketulusanmu merawat doa berhiaskan kembang malam
Jika aku seekor kutu, helaian putih rambutmu kujadikan dawai
denting nasihat mengalun merdu seiring nina bobo masa kecilku
tarian cintamu getarkan secarik sajak di saku baju
yang tak pernah aku tuntaskan karena ada satu kata yang hilang
yaitu dosa, ya dosa di sepanjang karat usia

rahim sunyi tak pernah sangsi akan kelembutanmu
atas kenakalanku memahami takdir
tapi mengapa hidup begitu manja?
Bukankah sorga ada di telapak kakimu meski penuh sembilu
Lihatlah, ibu, lambung goreng ikan mas kian kempis
Padahal tadi pagi kaumasak hanya untukku sebagai hadiah ulangtahun
Aku lupa, ibu, waktu terlanjur mengajariku kesibukan kerja
Aku lupa bahwa sajadah cahaya hatimu selalu  terhampar
Buat sisa usiaku. Di teras rumah, sinar fajar sepenggalah
Restu dan perhatianmu mengundang dhuha bagi kabut keberangkatanku
Ibu, mohon bekali jiwaku dengan kasihmu yang paling langit 



-Esai Menyambut Hari Ibu-




“Surga ada di telapak kaki ibu” merupakan dogma klasik yang mengakar dalam tatanan kehidupan masyarakat Indonesia. Tapi sepanjang sejarah, kekearamatannya seolah tak punya  cukup kekuatan untuk menolak budaya patriarki. Budaya yang seolah menyudutkan kaum wanita untuk mendapatkan hak otonomi dalam berbagai sektor kehidupan (politik, sosial, budaya, dan ekonomi).
Sampurasun.

Sebelum membaca tulisan ini, ada baiknya anda meminta seseorang untuk menemani. Dilarang keras membaca sendirian, perbanyak dzikir serta pikiran janganlah kosong.

Banyak penulis yang mengekspolre cerita rakyat maupaun mitos yang berkembang di daerah tempat tinggal penulis. Sebagai bahan tulisannya, baik secara keseluruhan maupun sebagai sisipan penyedap cerita. 

Mitos (bahasa Yunani: μῦθος— mythos) atau mite (bahasa Belanda: mythe) adalah cerita prosa rakyat yang menceritakan kisah berlatar masa lampau, mengandung penafsiran tentang alam semesta dan keberadaan makhluk di dalamnya, serta dianggap benar-benar terjadi oleh yang empunya cerita atau penganutnya. Dalam pengertian yang lebih luas, mitos dapat mengacu kepada cerita tradisional. Pada umumnya mitos menceritakan terjadinya alam semesta, dunia dan para makhluk penghuninya, bentuk topografi, kisah para makhluk supranatural, dan sebagainya. Mitos dapat timbul sebagai catatan peristiwa sejarah yang terlalu dilebih-lebihkan, sebagai alegori atau personifikasi bagi fenomena alam, atau sebagai suatu penjelasan tentang ritual. Mereka disebarkan untuk menyampaikan pengalaman religius atau ideal, untuk membentuk model sifat-sifat tertentu, dan sebagai bahan ajaran dalam suatu komunitas. ( Wikipedia ).

Berikut ini, beberapa mitos yang berkembang di Ciwidey dan sekitarnya (PACIRA). Semoga bisa menginspirasi anda dalam menulis. Prung ah.... !


1. MITOS BATU HUMARUYUNG


   Jika anda berkunjung ke Ciwidey, tepat berada di ujung kiri jembatan Ciwidey. Anda akan melihat sebuah batu besar yang kini hampir sebagian tubuhnya tertutup beton sebuah toko Mas. Batu Humaruyung namanya, batu yang erat kaitannya dengan sejarah berdirinya Ciwidey. Konon Batu ini diletakan sebagai Ciri atau sebagai tanda batas antara kecamatan Ciwidey Dan Cisondari (Pasirjambu).



Matahari masih belum muncul sempurna, hanya semburat merahnya saja yang menghiasi langit sebelah timur. Ke arah itulah Ros pergi menuju sebuah sungai di pinggiran desa. Di pinggangnya ia membawa bakul berisi piring-piring, gelas-gelas, dan perabot kotor lainnya untuk dicuci, di punggungnya ia menggendong Si Bungsu yang sudah terbangun karena mengompol.

Ros adalah anak kelima dari tujuh bersaudara. Ia anak yang paling rajin di antara saudara-saudaranya yang lain. Karena itulah ia jadi anak yang paling sering disuruh-suruh, mengerjakan banyak sekali pekerjaan rumah. Mencuci baju, mencuci piring, menjahit baju yang sobek, membersihkan rumah sampai membelah kayu-kayu bakar.


Bel tanda istirahat berteriak mengawali helaan napas lega dari para siswa yang sedari pagi digerus fisika. Aku langsung bergabung bersama teman-temanku menuju kantin, cacing-cacing di perut kami sudah berdemo minta makan. Sejenak kulirik Avan, ia bangkit dari tempat duduknya dan keluar kelas tanpa ditemani siapa pun, ia selalu sendiri, sepertinya dunia dalam kepalanya sudah terlalu ramai baginya, ia juga melangkahkan kakinya ke kantin. Sebenarnya aku ingin lebih lama menatapnya namun Nadia menarik tanganku untuk segera memilih makanan.
            Aku dan enam orang temanku makan bersama, selain makan mulut kami pun sibuk berbicara—apa saja—sesekali mataku mencuri sosok Avan, duduk sendiri jauh dari keramaian. Setelah lebih dari satu semester orang-orang tak lagi terlalu tertarik membicarakan mengapa ia begitu menarik diri, tak banyak pula informasi yang bisa didapat mengenainya—selain karena sumbernya pun tak dapat dipercaya—tentang si tampan yang misterius, tentang tidak minatnya ia pada dunia sosial, tentang ia yang menjadi juara umum kelas X semester kemarin.
Kala malam datang
bayangnya ada dalam angan
tak ada nama, hanya saja wajahnya adalah cahaya
ada rasa sayang dalam tatapan matanya
apakah bayangnya akan datang dalam hal nyata?.

Dirimu yang terdiampun
Cukup mampu membuat orang lari terbirit
Padahal kau bukan prajurit perang yang membawa celurit

Rambutmu yang pendek
Yang entah berapa minggu sekali dicuci
Baumu yang menjadi alasan orang untuk mencaci

Tubuhku air
Yang menetes ke hilir
Sejuk terlahir

Rangga
ilustrator: Pajar

Aku menemukan bayak jalan. Hampir semuanya serupa. Aku menapaki jalan-jalan tersebut. jalan-jalan yang ujungnya tampak kabur. Hingga ku temukan sebuah jalan yang berbeda, di ujungnya ada kau di jalan yang hampir ke terakhir.


Ilustrator : Pajar
Kuntum-kuntum air mata ini untuk bahagiamu
tiap tetes terdiri dari samudera
mengalir dan membasuh semua luka

Bagai hujan yang merasuk relung hati
memenangkan hati yang gelisah
Biar menggigil karena dingin, mengabulkanmu sejuta ingin
mekar dalam doa terucap wujudkan harap dalam lelap
Postingan Lebih Baru Beranda

Arsip

  • ►  2017 (1)
    • ►  Desember (1)
  • ►  2016 (112)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (7)
    • ►  September (11)
    • ►  Agustus (6)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (7)
    • ►  Mei (15)
    • ►  April (17)
    • ►  Maret (12)
    • ►  Februari (18)
    • ►  Januari (15)
  • ▼  2015 (17)
    • ▼  Desember (17)
      • ROSVATI: PART II (Ketika Hati Terbelah Dua)
      • Sanbenito
      • Musim Penghujan Binatang Kecil
      • Dari Pondok (I)
      • Perempuan Senja
      • Dreaming of Insomniac
      • Bunga bagi yang Terlupa
      • DHUHA IBU, ULANGTAHUNKU
      • Otonomi Wanita dalam Wacana Kekuasaan
      • MITOS-MITOS YANG BERKEMBANG DI CIWIDEY
      • ROSVATI (PART I)
      • Di Bawah Kanopi
      • Kata Tanpa Makna
      • SEBUTLAH DIA IMAS
      • Menari
      • Cerita dari Sahabat
      • Segala Rasa

Postingan Unggulan

  • SEBELUM LAUT BERTEMU LANGIT
    Seekor penyu pulang ke laut Setelah meletakkan penyu telurnya di pantai Malam ini kubenamkan butir-butir Puisiku di pantai hatimu P...
  • Gloomy Sunday
    Gambar : Google             Karen menyadari pilihannya salah, prediksinya tentang cuaca jelas tak masuk perhitungan sebelumnya. Ia ...
  • Pengecut Yang Mengagumimu
    Di sekian, nyaris ribuan fajar yang kulewati sejak aku bertemu denganmu. Aku merasa biasa saja. Tak ada detak jantung yang terlal...
  • Resensi Buku "Personality Plus"
    Judul Buku: Personality Plus Penulis: Forence Littauer Salah Satu #1 buku terlaris di dunia
  • Dari Pondok (II)
    : Pesan yai Do’a yang terpental Mari bersama-sama Hilangkan penghalang Aku memberi Kau menerima

Kategori

cerpen (34) puisi (32) cerbung (11) prosa (11) esai (5) artikel (4) sajak (4) resensi buku (2) sketsa (2) surat terbuka (2) FESADEY (1) Short Story (1) haiku (1) kawah sastra (1) reportase (1)

Kawah Sastra Ciwidey

Kawah Sastra Ciwidey
Kawah Sastra Ciwidey merupakan sarana berkumpulnya para penikmat seni pada umumnya. Dan sastra pada khususnya. Wadah untuk berbagi pengalaman dalam dunia literasi juga arena diskusi. Dengan tujuan utama merangsang para anggota untuk meletuskan imajinasinya lewat tulisan serta mengobarkan kebaikan kepada masyarakat luas melalui jalan seni. Jalan sastra. Berdiri 1 Juni 2014

Facebook : Kawah Sastra Ciwidey
Twitter : @kawahsastra
Instagram : @kawahsastra
Email : ks.ciwidey@gmail.com

Postingan Unggulan

  • SEBELUM LAUT BERTEMU LANGIT
    Seekor penyu pulang ke laut Setelah meletakkan penyu telurnya di pantai Malam ini kubenamkan butir-butir Puisiku di pantai hatimu P...
  • Gloomy Sunday
    Gambar : Google             Karen menyadari pilihannya salah, prediksinya tentang cuaca jelas tak masuk perhitungan sebelumnya. Ia ...
  • Pengecut Yang Mengagumimu
    Di sekian, nyaris ribuan fajar yang kulewati sejak aku bertemu denganmu. Aku merasa biasa saja. Tak ada detak jantung yang terlal...
  • Resensi Buku "Personality Plus"
    Judul Buku: Personality Plus Penulis: Forence Littauer Salah Satu #1 buku terlaris di dunia
  • Dari Pondok (II)
    : Pesan yai Do’a yang terpental Mari bersama-sama Hilangkan penghalang Aku memberi Kau menerima

KONTRIBUTOR BLOG


1. Yogira Yogaswara
Facebook : Yogira Yogaswara

2.Rian Ibayana
Facebook : Rian Ibayana
Blog : Ibayanasandjaya.blogspot.com

3. Rangga Muhammad
Facebook : Arangga Muhammad
Instagram : @rangga_muhammad

4. Aya Sofi Rumaisha
Facebook : Lupita Lestari
Twitter : @lupita_lestari
Tumblr : lupitalestari.tumblr.com

5. Yoga Palwaguna
Instagram : @ypalwaguna
Twitter : @ypalwaguna
Tumblr : palwaguna.tumblr.com

6. Tika Kartika
Instagram : @tikakaoo
Facebook : Tika Kartika (Peraih Mimpi)

7. Ananda Arien
Facebook : Ananda Arien
Twitter : @anandaarien
Instagram : @anadaarien02

8. S.J Munkain
Facebook : SJ Munkian
Instagram : @sjmunkian
Tumblr : sjmunkian.tumblr.com

9. Srea
Twitter : @sreartion
Instagram : @sreartion
Blog : catatanhatisrea.blogspot.com

10. Nisa
Facebook : Nissa Septiani

11. Jein Gemini Oktaviany
Blog : www.jeinoktaviany.com

12. Aditya Pratama
-

13. Siska Nur Fitriyani
Email : siskanf@yahoo.com
Line : siskanurfitryani

14. Nana Kurniawan
Facebook : Nana Kurniawan

15. Rosi Risalah
Facebook : Rosi Risalah
Instagram : @rosirirs
Blog : jurnalco.wordpress.com

16. Rizki Fatmala
Instagram : @rizkypatmala
Facebook : Rizky Fatmala Agustina

17. Yosep Hendhry
Twitter : @yosef_hendhry
Line : yosephendhry
Blog : www.yosephendhry.id

18. Noe
Instagram : @noekecil
Twitter : @noekecil
Blog : noekecil.blogspot.com

Arsip

  • ►  2017 (1)
    • ►  Desember (1)
  • ►  2016 (112)
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (7)
    • ►  September (11)
    • ►  Agustus (6)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (7)
    • ►  Mei (15)
    • ►  April (17)
    • ►  Maret (12)
    • ►  Februari (18)
    • ►  Januari (15)
  • ▼  2015 (17)
    • ▼  Desember (17)
      • ROSVATI: PART II (Ketika Hati Terbelah Dua)
      • Sanbenito
      • Musim Penghujan Binatang Kecil
      • Dari Pondok (I)
      • Perempuan Senja
      • Dreaming of Insomniac
      • Bunga bagi yang Terlupa
      • DHUHA IBU, ULANGTAHUNKU
      • Otonomi Wanita dalam Wacana Kekuasaan
      • MITOS-MITOS YANG BERKEMBANG DI CIWIDEY
      • ROSVATI (PART I)
      • Di Bawah Kanopi
      • Kata Tanpa Makna
      • SEBUTLAH DIA IMAS
      • Menari
      • Cerita dari Sahabat
      • Segala Rasa

Kategori

cerpen (34) puisi (32) cerbung (11) prosa (11) esai (5) artikel (4) sajak (4) resensi buku (2) sketsa (2) surat terbuka (2) FESADEY (1) Short Story (1) haiku (1) kawah sastra (1) reportase (1)
Copyright © 2015 Kawah Sastra

Created By ThemeXpose