LAMPU




LAMPU


Aku ingin menjadi lampu kamarmu
yang tak pernah engkau padamkan.
biar dapat kumelihat cara kau tidur,
dandan di depan cermin maupun ganti pakaian.
Melihatmu selingkuh, menghangatkan diri
serta bersenang-senang di atas ranjang.

Aku ingin menjadi lampu kamarmu 
yang tak pernah engkau padamkan.
Biar dapat kupahami caramu meratapi kesunyian
berkhayal sebelum aku datang.

Aku ingin menjadi lampu kamarmu
yang tak pernah engkau padamkan.
Biar dapat kucermati tingkahmu,
mengarungi gelombang rindu,,
menungguku sambil bercumbu.
Sementara jendela terbuka lebar,
menyambutku dengan sabar.

Aku ingin menjadi lampu kamarmu
yang tak pernah engkau padamkan.
Biar dapat kuhayati caramu menggauli sepi,
ketika ku jauh, ketika detik-detik arloji
belum menuntunku kembali.

Aku ingin menjadi lampu kamarmu
yang tak pernah engkau padamkan.
Biar dapat kusiimak langkah-langkahmu,
menjelajahi tahun-tahun yang lenggang sendiri,
sebelum aku pulang.
Biar dapat kusimak bergeliatnya tubuhmu dalam meratapi kesalahan.
Mengambil tali dari laci,
lantas bunuh diri.


RIAN IBAYANA SANDJAYA 2010

(Antologi Bersama Gerimis Majelis Sastra Bandung) 


KOI

apa yang hendak dipilin selain mengamini angin
yang menggiringmu ke gigir dingin
sebab puasa rindu telah dikhatamkan waktu
perkenalan yang menjelujur arah tak daya meluruskan langkah
apalagi kisah
ah
apa yang hendak dihimpun dari detak yang berserak
dari debar yang raib di ubin.

saat irama-irama alam memanjakan debur umur
saat itulah kenangan memadat di dada.

apa yang hendak dirajut selain benang-benang ragu yang makin kusut 
jarak yang melenggangkan gairah memupuskan deru temu
perkenalan yang melahirkan gejolak tak mampu memahat batu
apalagi hikayat baru

2011
(Pernah Tayang Di Radar Tasikmalaya)







OBAT PENENANG 


seandainya puisi demi puisi
mampu menenangkanmu, Indonesia
akan kutulis 3 X sehari


akhir 2011
( MASUK Antologi DI KAMAR MANDI, 34 Penyair Muda Jawa Barat)





RIAN IBAYANA


Tidak ada komentar:

Posting Komentar