“…Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”
Al-Mujaadalah : 11
Kita
pasti pernah menyaksikan ajang-ajang pencarian bakat yang berceceran di layar televisi
kita. Kebanyakan ajang dengan konsep yang diimpor tersebut mengusung satu
talenta yang sama, yaitu menyanyi. Dari sekian banyak ajang-ajang tersebut,
satu ajangnya saja mampu melahirkan beberapa generasi dari tahun ke tahun,
hingga kita pun tak mampu lagi mengingat siapa saja finalis yang dilahirkan
dari ajang tersebut. Inilah bukti bahwa antusiasme kaum muda di Indonesia
begitu tinggi terhadap ajang-ajang tersebut, hal ini juga terbukti dari nomor
antrian peserta yang mencapai angka ribuan dalam proses audisinya.
Antusiasme
yang meluap ini tentu saja diiringi dengan dorongan yang kuat untuk memenangi
persaingan demi persaingan pada ajang tersebut untuk menjadi idola yang
terkenal di negeri ini. Bahkan sebelum babak final digelar pun mereka telah
memiliki para penggemar yang seringkali mencontek gaya mereka dalam kehidupan
sehari-harinya. Begitulah hiruk-pikuk perjalanan ajang pencarian bakat di
Indonesia, iming-iming hadiah berlimpah, terkenal seantero negeri dan menjadi
idola mampu menggiring kaum muda negeri ini untuk berbondong-bondong
berpartisipasi dalam ajang tersebut.
Kaum
muda memang memiliki semangat yang menggelora dalam mencapai sesuatu, keinginan
untuk menjadi seseorang yang bernilai lebih dihadapan orang lain mampu
mendorong diri untuk melakukan apapun guna mendapatkan yang diinginkannya. Hal
inilah yang mampu ‘termanfaatkan’ oleh ajang-ajang pencarian bakat tanah air.
Sisi positif dari ajang tersebut adalah mampu mengeksplorasi bakat-bakat
terutama bakat seni hiburan yang dimiliki kaum muda negeri ini. Namun tentu
saja kemampuan generasi muda yang perlu dieksplorasi bukan hanya bakat-bakat
yang berkembang di bidang seni hiburan saja, bahkan lebih jauh dari itu ada
kemampuan-kemampuan yang sangat urgen untuk dikembangkan dari dalam diri
generasi muda tanah air yaitu kemampuan dalam bidang-bidang keilmuan.
Seperti
sudah menjadi fitrahnya bahwa kaum muda mengidolakan sebayanya yang dianggap
lebih unggul dan lebih keren. Maka tak heran jika kaum muda mengidolakan sesama
kaum muda yang menjadi penggiat seni hiburan layar kaca. Dalam masa pencarian
jati diri, sesungguhnya generasi muda membutuhkan role model yang dapat ia tiru, maka sosok ‘panutan’ yang paling
mudah ditemukan adalah melalui layar televisi. Tak heran jika satu per satu
dari generasi muda pun terdorong untuk mengikuti jejak-jejak penggiat dunia
hiburan.
Disinilah
peran media menjadi amat berarti dalam menentukan cara pandang generasi muda
yang mengkonsumsi program-programnya. Adanya sinergi antara media, pemerintah
dan pihak-pihak terkait sangat diperlukan dalam menyajikan program-program yang
bersifat positif terhadap perkembangan generasi muda. Berbagai bidang keilmuan
seyogianya juga turut mendapatkan porsi yang besar dalam publikasi di layar
kaca, sehingga program-program televisi tidak melulu berisi hiburan tetapi juga
berperan besar terhadap kegiatan-kegiatan yang bersifat produktif.
Ide-ide
cemerlang, kegiatan-kegiatan keilmuan dan prestasi-prestasi yang mampu diukir
generasi muda negeri ini patut diapresiasi dengan adanya publikasi melalui
media cetak maupun elektronik khususnya melalui televisi. Selain sebagai
penghargaan, publikasi ini mampu memicu kaum muda lainnya untuk giat
berprestasi di bidang keilmuan sehingga mendorong generasi muda untuk belajar
dan menggali potensi dalam bidang keilmuan yang digeluti.
Mungkin
memang akan lebih sulit memacu generasi muda untuk menjadi penggiat dunia
keilmuan ketimbang menjadi penggiat dunia hiburan, namun hal tersebut bukan
berarti menjadi tidak mungkin asalkan di tanamkan di dalam diri generasi muda
bahwa Al-‘ilmu murrun syadidun fi
bidayah, wa ahla minal ‘asali fi nihayah, yang berarti ilmu pengetahuan itu
pahit pada awalnya, tetapi manis melebihi madu pada akhirnya.
Menanamkan motivasi tertinggi bahwa
menggali ilmu adalah untuk meraih ridha Allah merupakan hal yang utama dalam
diri generasi muda, sebab sesuai janji-Nya bahwa orang-orang yang berilmu akan
ditinggikan derajatnya. Maka segala kesulitan dalam menuntut ilmu pun akan
mudah diatasi. Seperti Al-Khawarizmi yang mempelajari matematika dan
motivasinya adalah agar ilmunya bermanfaat untuk umat, maka hal tersebut
menjadikannya ilmuwan matematika yang gemilang.
Ketika Islam berada dalam masa
kejayaannya maka kita banyak mendapati ilmuwan-ilmuwan yang cemerlang dalam
bidangnya tetapi juga faqih[1]
dalam agama. Contohnya Ibnu Sina, bapak kedokteran yang juga hafal Qur’an. Hal
tersebut dapat tercipta ketika generasi muda mendapatkan pendidikan yang
seimbang, sehingga tidak ada dikotomi antara ilmu agama ataupun ilmu umum.
Adanya apresiasi yang baik terhadap prestasi di berbagai bidang keilmuan juga
merupakan hal utama dalam penyiaran ilmu pengetahuan, seperti Ibnu Rusyd yang
pemikirannya tidak hanya bersinar di dunia Islam tetapi juga terang di barat.
Pola pendidikan seimbang yang
diterapkan seperti pada masa kejayaan Islam jelas perlu ditiru, sehingga
nantinya negeri ini tidak melulu mengimpor konsep barat dalam ajang pencarian
bakat saja, karena pemuda saat ini merupakan investasi untuk kemajuan berbagai
segi dan bidang kehidupan di masa yang akan datang. Bahkan generasi muda telah
memiliki peran yang amat penting saat ini sebagai penggerak perubahan, dengan
semangatnya pemuda berani membuat gebrakan baru. Bukankah proklamasi Indonesia
pun terlakasana karena gebrakan dan tuntutan para pemuda? Pada awal
kemerdekaannya saja negeri ini telah merasakan peran pemuda yang begitu besar.
Dibutuhkan mendesak generasi Rabbani
berilmu di negeri ini, sehingga ia patut dijadikan Indonesian Idol yang sesungguhnya untuk menjadi contoh bagi
generasi muda lainnya. Semoga bangkitnya peran generasi muda di negeri ini
menjadikan Indonesia sebagai Baldatun
thayyibatun wa Rabbun ghafur[2].
Membaca tulisan ini mengingatkan saya pada pengalaman mengantri sepuluh jam di Sabuga untuk mengikuti audisi Indonesian Idol. Hihi
BalasHapusMerasa 'ditampar' karena pernah terobsesi mjd sosok sprti yg diidolakan hehe tp akhrnya sadar bhwa aku takan mjd diri sndri :D
BalasHapusBisa jadi pengamat media nih. yuk ah bikin kumpulan esai
BalasHapus