Si Garis Putih


          Aku seperti canvas berwarna hitam, jika saja kamu tidak menodainya. Hidupku kelam, semuanya hitam, semuanya gelap, semuanya tidak pernah membuatku terlihat hebat. Aku bahkan bertanya-tanya untuk apakah aku hidup, terperosok semakin dalam pada jurang kegelapan.
          Namun semesta menjauhkan hal itu, saat kamu begitu saja muncul dan menggores hidupku yang seperti canvas hitam.

          Aku tak tahu harus mengkategorikan kamu bagaimana, apakah kamu itu pengganggu atau justru anugrah yang Tuhan berikan. Putih bagi sebagian orang adalah indah, putih bagi sebagian orang adalah cahaya.
          Kamu menunjukan apa yang pantas bagiku, betapa berharganya hidup ini, betapa harus bersyukurnya aku ini. Kamu tak lelah mencorat-coret kanvas hitamku, dengan garis-garis putih yang lama-lama membentuk pola. Pola mural indah yang tak pernah sama sekali kubayangkan, akan bersemayam dalam canvas hitamku. Kamu menoreh karya, kamu membuatku sedikit merasa hebat.
          Namun garis.
          Tetaplah garis.
          Setelah apa yang kamu lakukan padaku, kamu hanya tetap garis. Dari coretan-coretan itu, kamu hanya menuang bekas tanpa niatan untuk membereskan. Kamu tak pembuat pola yang terstruktur. Mural yang indah, hanya sebuah luapan emosimu, dengan penyelesaian abstrak pada canvas hitamku.
          Kamu tinggalkan begitu saja, garis-garis putih itu.
          Kamu tak tuntaskan.
          Kamu pergi, mengangkat tangan.

*
Karya lelah, karya abstrak, karya sejuta makna (ambigu XD)
Gambar dari Google

Tidak ada komentar:

Posting Komentar