Buat kamu
source iamge: https://www.igpile.com/media/1153260213554402031_1512955019 |
Hai kamu
yang dulu berlenggak-lenggok bagai jalan hanya milikmu, hari ini kita bertemu
setelah beberapa tahun tak ku temukan batang hidungmu.
Dulu aku selalu
mengira, ada beratus lembar yang membuat dompetmu tebal. Saat jam sekolah usai,
yang ku bayangkan adalah kamu akan kembali ke istanamu yang rumahnya bertingkat
dengan kamarmu yang dijejali boneka beragam bentuk dan warna serta closet yang
menyimpan beragam jenis mode pakaian. Setibanya di istanamu, kamu telah
disiapkan untuk makan siang dengan lauk yang kamu suka.
Tatkala jam
istirahat tiba, kau dan sederet teman-temanmu memenuhi kantin, bersama di sana
terbahak-bahak sembari melalap jajanan. Manja-manjamu merengek diskon kepada
ibu kantin, atau memelas supaya ibu kantin menutup mulut atas kelakuanmu dan
teman-temanmu lelaki perempuan bersama-sama membaguskan kepulan asap dari
mulutmu akibar rokok yang kamu bakar.
Lalu pada
saat jam pelajaran belum dimulai, kau datang dengan deru kuda roda duamu.
Tiba di kelas, kau bercerita tentang banyak hal mengenai rumah dan aktivitasnya. Ada cerita tentang liburan, rasa makanan, tempat wisata, harga baju, pusat perbelanjaan, gaya pakaian terbaru, orang tuamu yang membelikan barang yang kamu minta, serta gadget yang kamu dambakan. Tersinggung pula cerita tentang laki-laki, film bokep, bahkan minuman serta bar.
Tiba di kelas, kau bercerita tentang banyak hal mengenai rumah dan aktivitasnya. Ada cerita tentang liburan, rasa makanan, tempat wisata, harga baju, pusat perbelanjaan, gaya pakaian terbaru, orang tuamu yang membelikan barang yang kamu minta, serta gadget yang kamu dambakan. Tersinggung pula cerita tentang laki-laki, film bokep, bahkan minuman serta bar.
Sesekali kamu
mengeluhkan agenda nongkrong yang dibatalkan, lalu terbahak-bahak mengingat
kejadian yang kamu alami saat kena tilang lalu merayu Pak polisi agar
diloloskan.
Hari ini aku
menemukan fotomu di media sosial. Latarnya adalah dinding rumahmu seperti yang kau sebutkan dalam deskripsi foto yang kau terbitkan. Dinding yang sama denganku, bukan
dinding istana yang dulu ku bayangkan. Dindingmu bercat biru langit, namun tak seunyu
imajiku. Barangkali saat kamu
mengambil gambarnya, kamu sedang berada di ruang televisi karena aku melihat
tabung cembung di sampingmu, bukan layar LCD. Selain itu, adapula bingkai
foto berukuran layar laptop 10 inchi dengan gambar hitam putih yang di dalamnya
tampak mirip sepasang pengantin. Barangkali
orang tuamu, atau bisa juga kakek-nenekmu.
Oh wahai
kamu, mengapa dulu tak pernah menolehku? Padahal beberapa waktu lalu kamu dengan seragam dan syal yang menutupi rambutmu meyuguhkan senyum termanismu saat aku membayar tagihan makanan yang ku habiskan di sebuah kedai.
Dari aku yang tahu nama dan keberadaanmu selama masa putih abu, namun kita tak pernah berbasa-basi untuk saling bertanya nama.
*berdasarkan kisah nyata yang ditulis dengan racikan imajinasi
oleh T (titik) Kartika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar