Sehari ini aku tidak merampungkan satu tulisanpun
Aku bilang, ”Aku tidak ada waktu untuk menulis hari ini”. Banyak agenda yang harus aku lakukan, pertemuan untuk dihadiri dan hal lain yang harus dikerjakan.
Well, sebenarnya itu semua hanya klise.
Aku bukan “tidak” memiliki waktu untuk menulis. Selalu ada waktu bila aku ingin melakukan sesuatu.
Aku bisa tidur sangat larut hampir setiap malam atau berselancar di internet mengunjungi jendela-jendela uneducational content.
Ketika aku bilang, “Aku tidak ada waktu” simply means, “I didn’t want to” or “it wasn’t a priority.”
Aku bilang, ”Aku tidak ada waktu untuk menulis hari ini”. Banyak agenda yang harus aku lakukan, pertemuan untuk dihadiri dan hal lain yang harus dikerjakan.
Well, sebenarnya itu semua hanya klise.
Aku bukan “tidak” memiliki waktu untuk menulis. Selalu ada waktu bila aku ingin melakukan sesuatu.
Aku bisa tidur sangat larut hampir setiap malam atau berselancar di internet mengunjungi jendela-jendela uneducational content.
Ketika aku bilang, “Aku tidak ada waktu” simply means, “I didn’t want to” or “it wasn’t a priority.”
Tidak terlalu sulit sebenarnya menulis, seperti menulis status di social media atau curhat dengan teman.
Ya… aku tidak menulis hari ini (tanpa disadari aku sudah menulis satu tulisan hari ini). I didn’t write one that’s mean I didn’t make sense of this.
:P
Ya… aku tidak menulis hari ini (tanpa disadari aku sudah menulis satu tulisan hari ini). I didn’t write one that’s mean I didn’t make sense of this.
:P
***
Resensi Buku: Tuhan, Maaf Kami Sedang Sibuk
Judul Buku : Tuhan, Maaf Kami Sedang Sibuk
Penulis : Ahmad Rifa'i Rif'an
Penulis : Ahmad Rifa'i Rif'an
Pertama kali
membaca judulnya kita akan sedikit terperangah dengan kalimatnya yang cukup
menampar ini. Awalnya, buku ini mengalami beberapa penolakan dari penerbit,
namun siapa sangka kini menjadi best
seller dan sudah 10 kali cetak (per 2015).
Seperti judulnya, buku
ini menyuratkan segala permintaan maaf dan keluh kesah seorang hamba kepada
Tuhannya. Kita, manusia begitu sibuk dengan aktivitas kita sehari-hari. Dengan gaya bahasa yang tidak menggurui. Di
sini penulisnya mengajak kita untuk saling restropeksi. Membaca buku ini serasa
disuguhi sebuah “cambuk”. Apa sih
yang sebenarnya membuat kita merasa sangat sibuk? Apa yang sebenarnya membuat
kita tidak bahagia? Mengapa kita merasa semakin berat dan hampa hari-hari yang
dilewati.
Ya... Kita begitu
sibuk memikirkan dan melakukan aktivitas duniawi sedangkan untuk Tuhan kita
hanya memberikan ruang dan waktu sisa. Kita juga begitu sibuk membandingkan
diri kita dengan orang lain. Bukan, bukan kita tidak boleh membandingkan diri
dengan orang lain, hanya saja kita tidak menggunakan parameter yang tepat. Kita
terlalu menjadikan dunia sebagai sandaran bukan tempat perjalanan. Sehingga bukan
kebahagiaanlah yang kita raih.
Buku yang tergolong
Islamic Motivation ini tetap
disisipkan potongan ayat dan hadist tanpa membuat pembaca merasa jenuh saat
menikmatinya. Beragam kisah menarik yang sarat dengan makna banyak penulis
selipkan di buku ini. Buku ini sukses membuat saya berderai air mata.
Siska Nurfitryani
Bandung, 23
Februari 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar