Pada hening sebuah kuncup subuh
Aku ingin tidur di telapakmu, Ibu
Suaka bagi hati dalam segala rupa
Tempat berpulang semua doa tak terkabulkan
Tempat sakit dan kecewa mencari obat luka
Telapakmu Ibu,
Tempatku ingin membangun sebuah rumah
Berwarna putih dengan banyak jendela
Seperti rumah kita dulu
Tak perlu ada lukisan atau taman
Aku hanya perlu tempat tidur
Dari rahimmu, Ibu, aku menumpang lahir
Dengan darah dan dagingmu, Ibu, aku memulai
hidup
Tapi telapakmu, Ibu, pagar yang telah jauh
kulanggar
Garis batas yang telah lama kuhempas
Ketika kepala hanya tahu angkasa
Bermimpi terbang lalu meninggalkan rumah
Lelah, aku lelah, Ibu
Menggelandang di telapak dunia
Di sana tak ada jendela atau kamar tidur
Hanya ada jutaan lampu yang tak pernah
padam
Nafsu yang tak pernah terpuaskan
Ada banyak ruang kerja dan tempat dansa
Tapi tak ada kasur
Aku lelah dan ingin tidur,
Pulang, ingin pulang
Kini, di sebuah kuncup subuh sebelum ia
dibakar mentari
Aku mengetuk pada kerut dan keriput
telapakmu itu, Ibu
Mencari tempat untuk memeluk kantuk
Izinkan aku tidur di telapakmu, Ibu
Sekadar menutup mata sebelum raga dilumat
dosa
Alamendah, 14 Agustus 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar