Catatan Ringan: Sepulang Wisata Literasi dari Rumah Dunia



Memang perlu perjuangan panjang dan berliku untuk berpartisipasi “mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegara”---ungkapan klise namun selalu penting untuk direalisasikan. Apalagi permulaannya dari sebuah gerakan yang kurang populis dalam pandangan kapitalis pragmatis, yaitu gerakan literasi. Namun, entah dorongan apa, ternyata di antara kita masih ada yang ingin memperkembangkannya dalam kehidupan bermasyarakat meski dari sisi ekonomi mungkin kurang menguntungkan, seolah ketinggalan zaman, dan tidak mendesak untuk memperbaiki sumber daya manusia.

Penilaian saya itu muncul setelah bersilaturahmi dan bertangkap ilmu di Rumah Dunia, Serang Banten, Minggu [31/1]. Saya bersama teman-teman Kawah Sastra Ciwidey dan Panceg Pustaka Ciwidey sengaja berkunjung ke Rumah Dunia untuk mendapatkan ilmu, pengalaman, ide, dan inspirasi agar kami kelak bisa mengikuti jejak Rumah Dunia.

Sekali lagi, entah karena dorongan batin apa, kami dengan biaya swadaya alias patungan berpayah-payah datang dari Ciwidey agar bisa sampai ke Rumah Dunia. Mungkinkah ini dorongan keikhlasan? Lalu, mengapa juga yang menggugah justru masalah literasi, bukan yang lainnya, misalnya, masalah bisnis/perdagangan, yang tentunya peluangnya besar untuk jadi manusia yang kaya harta?

Kawasan Bandung Selatan, khususnya Ciwidey, Pasirjambu, dan Rancabali sebenarnya daerah yang asyik. Letak geografis dan udaranya mendukung untuk kegiatan literasi. Namun sayang, fakta aktivitasnya belum mengemuka. Masih dipandang sebelah mata. Ada satu kemungkinan penyebab utamanya: literasi dalam kehidupan masyarakat desa kami kurang perlu ketimbang pemenuhan kebutuhan ekonomi. Sebagai kawasan pedesaan, rata-rata orang Ciwidey, Pasirjambu, dan Rancabali lebih kondusif sebagai kawasan wirausaha pertanian, perkebunan, peternakan, dan pariwisata. Jadi, bagi mereka, apa perlunya kegiatan literasi?

Nah, adanya kemungkinan fakta tersebut, KAWAH SASTRA CIWIDEY dan Panceg Pustaka Ciwidey sedikit-sedikit ingin mengembangkan gerakan literasi sebagai investasi jangka panjang bagi anak-anak desa, yang seharusnya mampu membangun jati dirinya sendiri, bukan sekedar mempertimbangkan perhitungan untung-rugi secara matematis ekonomi, tetapi juga harus lebih berupaya memelihara ide-ide kreatif melalui bacaaan, aktivitas menulis, dan penalaran pada suatu masalah.

Barangkali, itulah cita-cita ideal Kawah Sastra Ciwidey dan PANCEG PUSTAKA membangun daerahnya sendiri. Ketika berkunjung ke Rumah Dunia, kami seperti mendapatkan pencerahan bahwa tak harus cepat patah semangat kalau ingin jadi manusia yang kuat secara hakikat. Kang Golagong New dan relawan Rumah Dunia setidaknya telah membuka cakrawala kepada kami cara membangun peradaban yang santai dan menghibur.

Kegiatan literasi di Ciwidey, Pasirjambu, dan Rancabali suatu saat akan berkembang seperti virus yang menularkan kebaikan dan kecerdasan di setiap desanya. Kalau ada pertanyaan, bagaimana masalah dana untuk pengelolaan dan operasional kegiatannya? Itu sebenarnya klise. Jawabannya ada pada keikhlasan dan kemauan untuk berkarya. Kalau manusia bermasalah dengan uang, ya hasilkanlah uang. Tak ada istilah “mencari rezeki”, yang ada adalah “menjemput rezeki”. Hanya dengan olah pikir, daya, upaya, dan doa kita bisa menjemputnya. *** 

[Yogira Yogaswara, Penggiat Literasi]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar