INDRAGIRI
Membacamu
Membaca telapak
tangan yang dingin
Membaca jemari
yang memancarkan ketenangan
Dari setiap
ruasnya.
Seperti dzikir,
aku mengingatmu berkali-kali
Bahkan
melupakan mantra
Yang senantiasa
diwiridkan para pertapa
Membacamu
Membaca
garis-garis ketentraman
Yang sebenarnya
JEMBATAN TUA
Denyutmu,
riwayat detik lalu
Detak yang
tergilas
Ribuan putaran
roda.
Roda besi
Juga roda waktu
Yang menguji
ketegaran.
Ah, kau
benar-benar tegar
2015
PERTEMUAN KEDUA
Kita
terbata-bata mengeja kata surga
Mendalami
bahasa angin yang berangsur-angsur lurus
Peristiwa demi
peristiwa tekun meliris peristiwa baru
Kita tak
terpetakan lagi seperti debu disapu cuaca
Tentang
nafas-nafas yang menhiba dari jauh
Atau kerling
tajam yang siap menghujam
Hanya colekan
kecil yang tak mampu menggetarkan menara peraduan
Ini waktu
menyatukan dua detak
Meski pada
akhirnya
Kita
terbata-bata mengeja kata surga.
28 September
2011
Puisi terakhir asaa sreerrrr
BalasHapus