BEBERAPA PUISI





INDRAGIRI

Membacamu
Membaca telapak tangan yang  dingin
Membaca jemari yang memancarkan ketenangan
Dari setiap ruasnya.
Seperti dzikir, aku mengingatmu berkali-kali
Bahkan melupakan mantra
Yang senantiasa diwiridkan para pertapa
Membacamu
Membaca garis-garis ketentraman
Yang sebenarnya

2016








JEMBATAN TUA

Denyutmu, riwayat detik lalu
Detak yang tergilas
Ribuan putaran roda.
Roda besi
Juga roda waktu
Yang menguji ketegaran.

Ah, kau benar-benar tegar

2015
















PERTEMUAN KEDUA

Kita terbata-bata mengeja kata surga
Mendalami bahasa angin yang berangsur-angsur lurus
Peristiwa demi peristiwa tekun meliris peristiwa baru
Kita tak terpetakan lagi seperti debu disapu cuaca

Tentang nafas-nafas yang menhiba dari jauh
Atau kerling tajam yang siap menghujam
Hanya colekan kecil yang tak mampu menggetarkan menara peraduan

Ini waktu menyatukan dua detak
Meski pada akhirnya
Kita terbata-bata mengeja kata surga.

28 September 2011


1 komentar: