Sehari ini aku tidak merampungkan satu tulisanpun
Aku bilang, ”Aku tidak ada waktu untuk menulis hari ini”. Banyak agenda yang harus aku lakukan, pertemuan untuk dihadiri dan hal lain yang harus dikerjakan.
Well, sebenarnya itu semua hanya klise.
Aku bukan “tidak” memiliki waktu untuk menulis. Selalu ada waktu bila aku ingin melakukan sesuatu.
Aku bisa tidur sangat larut hampir setiap malam atau berselancar di internet mengunjungi jendela-jendela uneducational content.
Ketika aku bilang, “Aku tidak ada waktu” simply means, “I didn’t want to” or “it wasn’t a priority.”
Aku bilang, ”Aku tidak ada waktu untuk menulis hari ini”. Banyak agenda yang harus aku lakukan, pertemuan untuk dihadiri dan hal lain yang harus dikerjakan.
Well, sebenarnya itu semua hanya klise.
Aku bukan “tidak” memiliki waktu untuk menulis. Selalu ada waktu bila aku ingin melakukan sesuatu.
Aku bisa tidur sangat larut hampir setiap malam atau berselancar di internet mengunjungi jendela-jendela uneducational content.
Ketika aku bilang, “Aku tidak ada waktu” simply means, “I didn’t want to” or “it wasn’t a priority.”
Tidak terlalu sulit sebenarnya menulis, seperti menulis status di social media atau curhat dengan teman.
Ya… aku tidak menulis hari ini (tanpa disadari aku sudah menulis satu tulisan hari ini). I didn’t write one that’s mean I didn’t make sense of this.
:P
Ya… aku tidak menulis hari ini (tanpa disadari aku sudah menulis satu tulisan hari ini). I didn’t write one that’s mean I didn’t make sense of this.
:P
***
Resensi Buku: Tuhan, Maaf Kami Sedang Sibuk
Judul Buku : Tuhan, Maaf Kami Sedang Sibuk
Penulis : Ahmad Rifa'i Rif'an
Penulis : Ahmad Rifa'i Rif'an
Pertama kali
membaca judulnya kita akan sedikit terperangah dengan kalimatnya yang cukup
menampar ini. Awalnya, buku ini mengalami beberapa penolakan dari penerbit,
namun siapa sangka kini menjadi best
seller dan sudah 10 kali cetak (per 2015).