Malam itu kota Bandung diguyur hujan, aku
bersembunyi di balik plastik lusuh yang bau. Hmmm, untung saja wangiku
sedikit menutupi bau dari plastik ini. Ada sepasang tangan wanita tua yang terlihat sangat
menjagaku dari terpaan air hujan yang
turun. Dari tatapan matanya terlihat
sekali ia sangat menghkawatirkan keadaanku.
Sudah
berjam-jam rasanya aku berada di pinggir jalan ini, banyak orang
berlalu-lalang, tapi tidak ada yang tertarik kepadaku. Mereka hanya melirik sesekali
saja, melihat sepasangan tangan wanita tua yang terus memegangi dan menjagaku dari terpaan air hujan, tanpa mau menghampiri
dan mengambilku dari tangan wanita tua ini.
Hujan pun berhenti. Huh, akhirnya aku bisa keluar
dari plastik lusuh ini, bernafas dengan bebas menghirup udara segar kota
Bandung sehabis hujan...
Menyiksa
sekali rasanya berada di balik
plastik lusuh itu, namun tetap saja tidak ada yang melirikku. Sesekali aku
melihat tangan wanita tua yang memegangiku, terpancar harapan dari sepasangan
tangan itu, harapan agar ada yang
mengambilku dari tangannya. Setidaknya jika aku beralih tangan akan ada senyum yang terukir dari wajahnya.
Tiba-tiba
aku dikagetkan dengan datangnya sepasang tangan laki-laki yang membawaku dari
tangan wanita tua ini, ia menggenggamku dan mencium ku, lalu ia meletakkanku
lagi, ia mengambil temanku dan melakukan hal yang sama, satu persatu temanku
diambil, dilihat, dicium, lalu diletakkan kembali.
Terlihat
sesekali laki-laki itu mengerutkan dahinya, ia seperti kebingungan. Lalu tangan
wanita tua itupun menyodorkan aku ke hadapan tangan laki-laki
tadi, dilihat lagi, dicium lagi. Setelah sekian lama akhirnya harapan melepaskanku terjadi, sepasang tangannya melepaskanku pergi
ke sepasangan tangan yang lain, dari genggaman
tangan yang lain aku bisa melihat senyuman bahagia yang terpancar dari wajah
wanitaa tua itu.
Tapi
mau dibawa kemana aku ini?
Aku
memasuki ruangan gelap dan sempit. Di dalam ruangan ini aku diletakkan bersamaan
dengan banyak benda, aku tidak tahu satu persatu apa saja nama dari benda ini.
Aku pun
berjalan sangat jauh, sangat sangat sangaaaat jauh. Eh, tiba-tiba saja
berhenti, ada apa ini? Terdengar suara wanita dari luar, suaranya memancarkan keceriaan
seperti menggambarkan pribadi yang periang. Huh,
aku jadi penasaran ingin segera melihat wajahnya, dan akan ada
harapan seperti apa yang akan aku temui jika aku beralih ke tangannya.
Lama
sekali aku berada di ruangan
gelap ini, sepertinya sepasang tangan laki-laki itu lupa bahwa tadi ia sempat
meletakkanku di ruangan gelap ini, hmm. Tidak lama kemudian ada cahaya masuk ke
dalam ruangan gelap ini, wah ternyata ada sepasang tangan wanita yang
mengambilku. Terlihat sekali matanya berbinar-binar memancarkan kebahagiaan,dan senyumnya bersimpul terlihat sangat jelas di hadapanku.
Seperti melihat mentari pagi hari yang pernah
menyinariku, aku merasakan kehangatan yang
terpancar dari dalam jiwanya. Aku melihat kedua mata wanita dan laki-laki itu
saling berpandangan, saling melemparkan banyak harapan. Mungkin di antara mereka aku seperti
sebuah simbol, simbol yang mewakili perasaan laki-laki itu, perasaan kasih
sayang yang tumbuh dengan indah terhadap wanitanya, pikirku.
Genggaman
sepasang tangan wanita ini begitu kuat dan dilumuri banyak harapan. Aku
merasakan bagaimana takutnya ia kehilanganku, ia meghirup dengan pelan setiap
aroma yang keluar dariku, setiap tarikan nafasnya diiringi dengan pancaran
kebahagiaan, tidak lelah ia membentuk senyum di wajahnya tiap kali ia
melihatku.
Episode
itu pun
berlalu, sekarang aku diletakkan
disebuah pot yang berisi air segar di dalamnya. Hm, enak sekali rasanya aku
berada di sini.
Di setiap pagi sepasang
tangan wanita itu mengganti air di dalam
pot ini, menjagaku tetap hidup, dan senyum indah selalu terpancar dari wajahnya
menyambut setiap pagiku. Memang untuk
saat ini air inilah yang membuatku tetap segar, walaupun wanita ini tahu
seberapapun seringnya ia mengganti air tersebut tetap saja pada waktunya aku
akan layu dan mati. Namun tidak dengan
harapan wanita ini, aku percaya harapannya tidak akan ikut layu dan mati bersamaku. Perasaannya
tetap sama seperti saat pertama kali kita berjumpa.
Ohh
aku mengerti sekarang, ternyata aku tidak hanya sebuah serangkaian bunga mawar,
namun lebih dari itu, ada banyak harapan yang tercipta ketika tangan-tangan
manusia menggenggamku.
Selama
aku tumbuh, aku dapat merasakan
harapan yang berbeda dari setiap pasang tangan,
seperti harapan sepasangan tangan wanita tua yang berharap aku pergi dari genggamannya
karena dengan itu ia dapat menyambung hidup. Ada sepasangan tangan laki-laki
yang berharap dengan membawaku ke tangan wanitanya akan dapat
membuat wanitanya tersenyum. Dan pada akhirnya aku berada di genggaman sepasangan
tangan wanita yang harapannya tidak
ingin aku pergi dan menjadi layu, karena ia menganggap aku sebagai simbol yang
mewakili perasaan laki-lakinya.
Dan
pada akhirnya aku akan mati dengan indah di antara genggaman sepasang
tangan yang harapannya semakin tumbuh dengan indah.
Rizkypatmala
Tidak ada komentar:
Posting Komentar