DHUHA IBU, ULANGTAHUNKU



photo courtesy of: scrapboard.co.in

Ingin kuteguk linang airmatamu, ibu,
Kala senja kemarin bersayap pada awan luruh
tertampung angin tenang seperti kenangan.

Ketulusanmu merawat doa berhiaskan kembang malam
Jika aku seekor kutu, helaian putih rambutmu kujadikan dawai
denting nasihat mengalun merdu seiring nina bobo masa kecilku
tarian cintamu getarkan secarik sajak di saku baju
yang tak pernah aku tuntaskan karena ada satu kata yang hilang
yaitu dosa, ya dosa di sepanjang karat usia

rahim sunyi tak pernah sangsi akan kelembutanmu
atas kenakalanku memahami takdir
tapi mengapa hidup begitu manja?
Bukankah sorga ada di telapak kakimu meski penuh sembilu
Lihatlah, ibu, lambung goreng ikan mas kian kempis
Padahal tadi pagi kaumasak hanya untukku sebagai hadiah ulangtahun
Aku lupa, ibu, waktu terlanjur mengajariku kesibukan kerja
Aku lupa bahwa sajadah cahaya hatimu selalu  terhampar
Buat sisa usiaku. Di teras rumah, sinar fajar sepenggalah
Restu dan perhatianmu mengundang dhuha bagi kabut keberangkatanku
Ibu, mohon bekali jiwaku dengan kasihmu yang paling langit 
                                                   
(Puisi memperingati Hari Ibu, spesial untuk teman-teman di Kawah Sastra Ciwidey) 

Puisi ini pernah dimuat dalam antologi 100 Puisi Tema Ibu Se Indonesia. KARENA AKU TAK LAHIR DARI BATU (Sastra Welang Publisher, 2011).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar