Bunga bagi yang Terlupa



(Sketsa Renungan untuk Ibu)

Ferish adalah wanita karier super sibuk. Dia bekerja sebagai account executive di perusahaan asing. Kebetulan, Ferish seorang workaholic. Dia menikmati betul tugas-tugas yang menumpuk setiap harinya.

Jam kantor berlaku nine to five. Tapi dedikasi Ferish pada kantor begitu luar biasa. Setiap hari Dia sudah nongkrong di meja komputernya pukul 8 pagi. Pulang kantor pukul pukul 9 malam. Bahkan weekend pun, Ferish terkadang masuk kantor meski sampai sore hari.



Ferish tak pernah pulang kampung ke Bandung, termasuk Lebaran. Maklum, Ibunda Ferish sudah meninggal 10 tahun lalu. Dan ayah Ferish menikah lagi dengan wanita Belanda. Dua adiknya pun ikut sama ayahnya. Meski jauh dari keluarga, Ferish tak merasa kesepian. Ferish punya teman banyak, ya, itu tadi: tugas-tugas dan setumpuk pekerjaan!

Setiap pulang pergi kerja, Ferish selalu meihat seorang gadis cilik yang memegang beberapa ikat bunga. Setiap hari pula, saat Ferish terjebak macet, gadis itu selalu berusaha menawarkan bunga itu kepadanya. Tapi Ferish selalu acuh. Kaca mobilnya selalu tertutup. “Ngapain juga harus beli bunga. Paling nanti juga busuk dan dibuang,” Ferish, bicara sendiri dalam hatinya.

Setiap gadis kecil itu menghampiri, Ferish memalingkan muka, pura-pura tak melihatnya. Tapi pada suatu hari, saat weekend, di perjalanan ke kantor, Ferish melihat gadis kecil itu berwajah sendu. Airmatanya terus mengalir di pipi. Gadis kecil itu tampak kebingungan. Ferish jadi penasaran. Dia ingin tahu apa yang sedang dialami gadis itu. Setelah memarkirkan mobil, Ferish menghampiri gadis kecil itu.

“Namamu siapa? Kenapa kamu sedih,? “ Tanya Ferish. Tapi, gadis kecil itu terdiam. Menahan isak tangis.

Ayo bilang, mungkin tante bisa bantu? “ kata Ferish. Lemah lembut.
Sejenak gadis kecil itu menarik nafas dalam-dalam. Dia pun berbicara. Terbata-bata.

“Ibuku sakit keras. Saya pengen beliin obat. Tapi, bunga-bungaku belum laku dari kemarin. Nggak ada yang mau beli. Aku nggak mau ibuku meninggal,”

Ferish terdiam. Matanya berkaca-kaca. Sedikit airmatanya menetes. Ada sesuatu yang menghentak hati Ferish untuk berbuat sesuatu. Lantas, Ferish memeluk gadis itu dan membeli semua jualan ikatan bunga Si gadis. Ferish menyuruh gadis itu segera membeli obat untuk ibunya.

Ferish kembali ke mobil dan membawa bunga-bunga itu. Dia tancap gas, bergegas ke Bandung. Di perjalanan, airmatanya terus meleleh. Sampai di Bandung, Ferish menuju sebuah Pekuburan. Dengan bunga-bunga di tangan, Ferish ke makam almarhum ibunya. Ferish menaburkan bunga ke makam ibunya, sambil menangis.

“Maafkan Ferish Ma, baru kali ini Ferish ketemu Mama lagi. Maafkan Ma, Ferish udah lupain Mama,” kata Ferish dengan terisak-isak sambil mencium nisan makam ibunya. [yogira]

(Sketsa ini pernah dimuat di majalah wanita Fiori tahun 2009. Thank to George Orwell atas inspirasinya.)

2 komentar:

  1. Ceritanya sederhana tapi ngena...
    Salute!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih Ayu Sofi, kaukah lupita? hehehe. Cerita ini kata adik saya yg perempuan mirip kisah drama ftv, yang ditayangkan di sebuah televisi. Tayangannya sesudah saya pernah mempostingnya di facebook. Entahlah, suatu kebetulan idenya, atau memang ngambil ide dari kisah saya, hehehe

      Hapus